Sabtu, 18 Oktober 2008

My Scooter

Akhirnya, jadi juga renovasi scooter yg dulu sempet gak jalan lagi dan hampir jadi rongsokan dirumah, .....

Kamis, 16 Oktober 2008

Tujuan Hidup

“Cita-citaku ingin jadi professor, cita-citaku ingin jadi presiden….” (salah satu kalimat dari syair lagu Ria Enes).

Cita-cita adalah suatu impian dan harapan seseorang akan masa depannya, bagi sebagian orang cita-cita itu adalah tujuan hidup dan bagi sebagian yang lain cita-cita itu hanyalah mimpi belaka. Bagi orang yang menganggapnya sebagai tujuan hidupnya maka cita-cita adalah sebuah impian yang dapat membakar semangat untuk terus melangkah maju dengan langkah yang jelas dan mantap dalam kehidupan ini sehingga ia menjadi sebuah akselerator pengembangan diri namun bagi yang menganggap cita-cita sebagai mimpi maka ia adalah sebuah impian belaka tanpa api yang dapat membakar motivasi untuk melangkah maju. Manusia tanpa cita-cita ibarat air yang mengalir dari pegunungan menuju dataran rendah, mengikuti kemana saja alur sungai membawanya. Manusia tanpa cita-cita bagaikan seseorang yang sedang tersesat yang berjalan tanpa tujuan yang jelas sehingga ia bahkan dapat lebih jauh tersesat lagi. Ya, cita-cita adalah sebuah rancangan bangunan kehidupan seseorang, bangunan yang tersusun dari batu bata keterampilan, semen ilmu dan pasir potensi diri.

Bagaimanakah jadinya nanti jika kita memiliki beribu-ribu batu bata, berpuluh-puluh karung semen dan berkubik-kubik pasir serta bahan-bahan bangunan yang lain untuk membuat rumah namun kita tidak mempunyai rancangan maupun bayangan seperti apakah bentuk rumah itu nanti. Alhasil, mungkin kita akan mendapatkan rumah dengan bentuk yang aneh, gampang rubuh atau bahkan kita tidak akan pernah bisa membuat sebuah rumah pun.

Fenomena seseorang tanpa cita-cita bisa dengan mudah kita temui, cobalah tanya kepada beberapa orang siswa SMU yang baru lulus, akan melanjutkan studi di mana mereka atau apa yang akan mereka lakukan setelah mereka lulus. Mungkin sebagian dari mereka akan menjawab tidak tahu, menjawab dengan rasa ragu, atau mereka menjawab mereka akan memilih suatu jurusan favorit di PTN tertentu. Apakah jurusan favorit tersebut mereka pilih karena memang mereka tahu potensi mereka, tahu seperti apa gambaran umum perkuliahan di jurusan tersebut dan peluang-peluang yang dapat mereka raih kedepannya karena berkuliah di jurusan tersebut, sekedar ikut-ikutan teman, gengsi belaka, trend, karena mengikuti “anjuran” orang tua, atau bahkan asal pilih? Yang terjadi selanjutnya adalah di saat perkuliahan sudah berlangsung, beberapa dari mereka ada merasa jurusan yang dipilihnya tidak sesuai dengan apa yang dia bayangkan atau tidak sesuai dengan kemampuannya. Boleh jadi setelah itu ia akan mengikuti ujian lagi di tahun depan atau malas-malasan belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif alakadarnya. Sungguh suatu pemborosan terhadap waktu, biaya dan tenaga.

Dahulu ada sebuah tradisi kurung ayam, balita yang sudah berumur beberapa bulan dikurung dalam sebuah kurungan ayam yang ditutuipi kain. Lalu di sekeliling kurungan tersebut disimpan berbagai macam benda yang mewakili profesi seperti gitar (musisi),spidol (pengajar/guru), sarung tinju (atlit), pesawat-pesawatan (pilot) dan lain-lain. Lalu orang tua akan memperhatikan benda apakah yang pertama kali diambil oleh balita tersebut, jika ia mengambil terompet maka orang tua akan beranggapan sang bayi kelak akan menjadi seorang musisi atau berpotensi menjadi seorang musisi. Namun tampaknya adat semacam ini jarang dilakukan lagi. Nilai yang dapat diambil dari tradisi semacam ini adalah bahwa orang tua mempunyai peranan penting dalam memfasilitasi anaknya untuk mengeksplorasi bakat dan minat yang dipunyainya. Dan membantu untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Cita-cita bukan hanya terkait dengan sebuah profesi namun lebih dari itu ia adalah sebuah tujuan hidup. Seperti ada seseorang yang bercita-cita ingin memiliki harta yang banyak, menjadi orang terkenal, mengelilingi dunia, mempunyai prestasi yang bagus dan segudang cita-cita lainnya. Namun seorang muslim tentunya akan menempatkan cita-citanya di tempat yang paling tinggi dan mulia yaitu menggapai keridhaan Allah.

Citra Pariwara 2008

Sore hingga malam kemarin (22/09), lebih dari seratus praktisi periklanan di Jakarta menghadiri Sosialisasi CP 2008 sekaligus peluncuran resmi festival periklanan yang diselenggarakan oleh PPPI ini, di Soho Music Cafe, Senayan City. Pemilihan lokasi sosialisasi itu memang disengaja untuk mulai memberi “aroma Sensi”. Sebab, CP 2008 memang bakal diselenggarakan di Senayan City pada 12-16 November mendatang. Tidak sekadar numpang tempat, pameran iklan-iklan peserta CP 2008 nanti juga bakal digelar di ruang terbuka di lantai dasar sehingga bisa dinikmati sampai akhir pekan (dua hari setelah Malam Anugerah berakhir) oleh semua pengunjung salah satu mal paling ramai di Jakarta itu.
Itu artinya, festival periklanan terbesar dan terpenting di Indonesia ini sudah di depan mata. Siapkan materi-materi iklan terbaik Anda buat didaftarkan mengikuti lomba. Tentu jangan lupa, kosongkan agenda Anda pada hari-hari itu agar bisa mengikuti seluruh rangkaian acara CP 2008: seminar internasional, pameran iklan peserta, pameran industri penunjang periklanan, dan Malam Anugerah.

Setelah dibuka dengan sambutan Narga S. Habib, Ketua Umum PPPI, yang singkat dan to the point seperti biasa, Ketua Panitia Ricky Pesik dan Koordinator Penjurian FX Ridwan Handoyo kemudian menjelaskan sejumlah hal baru di CP 2008, yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di samping pemilihan tempat penyelenggaraan yang baru, dua hal baru lain yang penting diketahui adalah sistem registrasi online dan penyeragaman mounting board materi iklan peserta.

Untuk pertama kalinya di Indonesia, dalam CP 2008 mulai diperkenalkan sistem pendaftaran karya peserta secara online melalui jaringan internet. Apa dan bagaimana aplikasi teknologi canggih ini bakal memudahkan peserta akan diuraikan dalam posting tersendiri.
Adapun soal penyeragaman mounting board, seperti dijelaskan Ricky Pesik, dimaksudkan untuk membuat pameran karya iklan peserta di lokasi mewah dan berkelas itu nanti bisa terlihat rapi, bersih, dan enak dipandang. Mounting foamboard berwarna putih ukuran A2 tersebut akan diberikan secara gratis kepada semua peserta. Konsekuensinya, iklan yang ukurannya lebih besar dari bidang tempel pada mounting foamboard itu mesti dikecilkan. Sebaliknya, iklan yang lebih kecil dari itu boleh diperbesar sampai batas maksimal yang ditentukan.

Ridwan Handoyo juga menjelaskan sejumlah perubahan yang dilakukan dalam pengategorian entri peserta. Selain penyederhanaan kategori, tahun ini juga diperkenalkan beberapa kategori dan sub kategori baru. Tujuannya, membuka ruang lebih luas bagi lebih banyak bentuk dan ekspresi kreatif untuk mendapat apresiasi yang lebih pantas.
Penjelasan lebih lengkap dan mendetail mengenai segala perubahan dan hal baru tersebut — juga berbagai persyaratan pendaftaran dan garis besar kegiatan CP 2008 — bisa dilihat di Panduan Pendaftaran & Kegiatan dalam format CD (digital) yang dibagikan kepada semua wakil biro iklan yang hadir.

Anda yang tidak bisa datang ke Sosialisasi CP 2008 kemarin tentu juga bisa memperoleh panduan yang pasti sangat dibutuhkan itu. Jika kantor Anda memiliki akses internet berpita lebar, silakan unduh langsung dari blog ini (sekitar 27MB, lihat di sidebar). Atau, Anda bisa meminta kopi CD-nya di Sekretariat Panitia.

Info : http://blog.cp2008.org/